twitter


A. Ayat dan Terjemah dari QS. Luqman ayat 12-19

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (12) وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (15) يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (16) يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (17) وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (19 
 
12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

13. Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

16. (Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

17. Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.[1]

B. Kurikulum Pendidikan Islam

            Kurikulum pendidikan islam adalah bahan-bahan pendidikan islam berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam.

1. Asas-Asas Pendidikan Islam
            Asas-asas pendidikan islam ada 4, yaitu Asas Agama, Asas Falsafah, Asas Psikologis, dan Asas Sosial.

2. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam
            Secara umum, karakteristik kurikulum pendidikan islam adalah pencerminan islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dalam seluruh aktivitas dan kegiatan kependidikan dalam prakteknya.
            Menurut Al-Syaebany, ciri-ciri kurikulum pendidikan islam adalah sebagai berikut.
  1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan, kaedah, alat dan tekniknya.
  2. Memperluas perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
  3. Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan pengajaran.
  4. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi juga meliputi seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, teknik, petukangan, bahasa asing dll. 
  5. Keterkaitan antara kurikulum pendidikan islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan perbedaan individual antar siswa.

[1] http://abufathirabbani.blogspot.com/2012/04/pendidikan-anak-dalam-perspektif-tafsir.html


A. Ayat dan Terjemah Beserta Kandungan QS. An-Nisa ayat 9

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا

“Dan hendaklah manusia takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (An-Nisa: 9)

            Surat An-Nisa ayat 9 menerangkan bahwa kelemahan ekonomi, kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak, akibat kekurangan makanan yang bergizi, merupakan tanggung jawab kedua orang tuanya. Maka disinilah hukum islam memberikan solusi dan kemurahan untuk dilaksanakannya KB, yang mana untuk membantu orang-orang yang tidak menyanggupi hal-hal tersebut, agar tidak berdosa dikemudian hari, yakni apabila orang tua itu meninggalkan keturunannya atau menelantarkannya, akibat desakan-desakan yang menimbulkan kekhawatiran mereka terhadap kesejahteraannya. Ayat ini juga menjelaskan mengenai harta waris. Turun sebagai peringatan kepada orang-orang yang berkenaan dengan pembagian harta warisan agar jangan menelantarkan anak-anak yatim yang dapat berakibat pada kemiskinan dan keberdayaan.

B. Pendidikan Life Skill
            Pendidikan Life Skill adalah kecakapan hidup yang dimiliki oleh seseorang untuk berani menghadapi problema kehidupan secara wajar, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
            Menurut Jacques Delor, pada dasarnya program life skills ini berpegang pada empat pilar pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
  1. Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan)
  2. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat/bekerja)
  3. Learning to be (belajar untuk menjadi orang yang berguna)
  4. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain)

C. Hubungan Pendidikan Life Skill dan QS. An-Nisa ayat 9
            Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan karakter serta mempersiapkan generasi yang tangguh dalam aspek kehidupan menjadi tugas bagi keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Setiap muslim, baik sebagai individu maupun komunitas, harus berupaya mewujudkan generasi yang berkualitas dalam semua aspek kehidupan manusia. Cara terbaik untuk melakukan tersebut adalah melalui pendidikan yang bermutu yang dapat menggali dan mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara optimum.


A. QS. Al-Isra’ ayat 23-24

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23)
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (24)

“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku di waktu kecil'.” (QS. Al-Isra : 23-24)

B. Butir-Butir Penting dari QS. Al-Isra’ ayat 23-24
  1. Banyak hadis yang menganjurkan agar anak berbakti kepada orang tua dan mengutuk orang yang durhaka kepada orang tua.
  2. Rido Allah SWT adalah rido orang tua. Murka-Nya adalah murka orang tua.
  3. Berbuat baik kepada orang tua akan memanjangkan usia.
  4. Sebuah hadis mengatakan, “Seandainya ia(orang tua) memukulmu, padahal kamu tidak mengujarkan kalimat yang buruk, jangan memandang orang tua seolah (kamu) merendahkannya, jangan angkat tangan(mu) tinggi-tinggi, jangan berjalan di depannya, jangan hanya memanggil hanya dengan namanya, jangan berbuat sesuatu yang membuat orang lain memusuhinya, jangan duduk mendahuluinya, bantulah mereka sebelum mereka meminta bantuanmu.”
  5. Sebuah hadis menyebutkan, seandainya si ayah memukul anaknya, maka si anak dianjurkan untuk mengucapkan “semoga Allah mengampunimu!” Kata-kata ini adalah ungkapan mulia.
  6. Anak-anak harus merendahkan diri di hadapan orang tua.
  7. Berbakti kepada orang tua landasannya adalah cinta dan kasih sayang, bukan basa-basi atau karena mengharapkan imbalan materi.
  8. Setiap anak harus mendoakan orang tuanya agar Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.

C. Pesan-Pesan yang Terkandung dalam QS. Al-Isra’ ayat 23-24
  1. Mengesakan Allah SWT adalah pesan Tuhan yang paling penting.
  2. Berbakti kepada orang tua adalah salah satu sifat mengesakan Allah.
  3. Perintah agar berbakti kepada orang tua, derajatnya sejajar dengan perintah mengesakan Allah.
  4. Generasi muda dan orang tua sepatutnya membangun hubungan dengan landasan iman.
  5. Berbakti kepada orang tua, tidak disyaratkan bahwa orang tua harus muslim.
  6. Berbakti kepada orang tua harus dilakukan oleh seorang anak tanpa perwakilan.
  7. Berbakti bisa berarti mencintai, mendidik, menghargai, dan berkomunikasi dengan baik.
  8. Doa anak terhadap orang tua sangat mustajab.
  9. Orang tua harus mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang.
  10. Manusia harus menghargai para pendidiknya.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)
            Ayat diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dirumah. Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah dan ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.
            Berikut adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil dari surat At-Tahrim ayat 6.
1. Perintah taqwa kepada Allah SWT dan berdakwah.
2. Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka.
3. Pentingnya pendidikan islam sejak dini.
4. Keimanan kepada para malaikat.


اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
1)Bacalah, dengan nama tuhan yang menjadikan.
خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
2) Menjadikan manusia dari segumpal darah.
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ
3) Bacalah, dan Tuhanmu yang maha pemurah.
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
4) Yang mengajar manusia dengan qalam.
عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
5) Ia mengajar manusia sesuatu yang tidak diketahuinya.


Pembahasan:

1. Ayat pertama: Kata Iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan, dan sebagainya. Karena objeknya yang bersifat umum, maka objek tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, baik merupakan bacaan suci yang bersumber dari tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun tidak tertulis.

2. Ayat kedua: Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan cara bagaimana Ia menjadikan manusia, yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia dijadikan Allah dari sesuatu yang melekat dan diberinya kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu yang ada di bumi ini serta menundukannya untuk keperluan hidupnya dengan ilmu yang diberikan Allah kepadanya.

3. Ayat ketiga: Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kembali nabi-Nya untuk membaca, karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali dengan mengulang-ulangi dan membiasakannya.

4. Ayat keempat: Dengan ayat ini, Allah menerangkan bahwa Ia menyediakan alam sebagai alat untuk menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung antar manusia walaupun mereka berjauhan tempat, sebagaimana mereka berhubungan dengan perantaraan lisan.

5. Ayat kelima: Dalam ayat ini, Allah menambahkan keterangan tentang kelimpahan karunia-Nya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang menjadikan nabi-Nya pandai membaca. Dialah tuhan yang mengajar manusia bermacam-macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya yang menyebabkan dia lebih utama daripada binatang-binatang, sedangkan manusia pada permulaan hidupnya tidak mengetahui apa-apa.


BAB I
A. PENDAHULUAN

Bayi manusia lahir dengan keadaan lemah dan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun yang kelak disusui ibu, dirawat, dibesarkan, dan diberi pendidikan hingga menjadi kuat dan cerdas.[1] Allah menurunkan QS. An –Nahl (18): 78 untuk memberitahukan kepada manusia bahwa dalam dirinya terdapat potensi-potensi yang besar. Dalam surat ini disebutkan bahwa manusia dibekali alat indera untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya, dalam artian digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam ayat ini terdapat ajakan untuk mengembangkan potensi edukasi yang kita miliki, dengan mengembangkan potensi-potensi yang kita miliki maka kita akan lebih bersyukur kepada Allah dengan segala kemurahan-Nya.

BAB II

A. Kandungan QS. An-nahl (16): 78

QS AN NAHL : 78
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur."
            Maksud ayat ini adalah, Allah mengajari kalian apa yang sebelumnya tidak kalian ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut ibu kalian tanpa memahami dan mengetahi sesuatu apa pun. Allah mengkaruniakan kepada kalian akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Allah membuka mata kalian untuk melihat apa yang tidak kalian lihat sebelumnya, dan memberi kalian telinga untuk mendengar suara- suara sehingga sebagian dari kalian memahami perbincangan kalian, serta memberi kalian mata utuk melihat berbagai sosok, sehingga kalian dapat saling mengenal dan membedakan. وَالأفْئِدَةَ maksudnya adalah hati yang kalian gunakan untuk mengenal segala sesuatu, merekamnya dan memikirkannya sehingga kalian memahaminya.
            Lafadz لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  ‘’agar kamu bersyukur’’, maksudnya adalah kami berbuat demikian pada kalian, maka bersyukurlah kalian kepada Allah atas hal-hal yang dikaruniakan-Nya kepada kalian, bukan bersyukur kepada tuhan-tuhan dan tandingannya. Janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah dalam bersyukur, karena Allah tidak memiliki sekutu dalam melimpahkan nikmat-nikmatnya kepada kalian.[2]

B. QS. An-Nahl menurut Tafsir Al Maraghi
             Ayat ini menurut Tafsir Al Maraghi mengandung penjelasan bahwa setelah Allah melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu dapat mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan kepadamu beberapa macam anugerah berikut ini :
1. Akal; sebagai alat untuk memahami sesuatu,terutama dengan akal itu kamu dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang lurus dan yang sesat, antara yang benar dan yang salah.
2. Pendengaran; sebagai alat untuk mendengarkan suara, terutama dengan pendengaran itu kamu dapat memahami percakapan diantara kamu.
3. Penglihatan; sebagai alat untuk melihat segala sesuatu, terutama dengan penglihatan itu kamu dapat saling mengenal diantara kamu.
4. Perangkat hidup yang lain; sehingga kamu dapat mengetahui jalan untuk mencari rizki dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu dapat pula memilih mana yang terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang jelek.
Semua yang di anugerahkan oleh Allah kepadamu tiada maksud lain kecuali supaya kamu bersyukur, artinya kamu gunakan semua anugerah Allah tersebut diatas semata-mata untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya yaitu :
a.           يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِنْ رَبِّهِمْ      : mengekploitasi sebanyak-banyak karunia Allah yang tersebar di seluruh belahan bumi-Nya demi kemaslaahatan hidup umat manusia.
b.        وَرِضْوَانًا      : dan meraih keridlaan-Nya, karena dengan keridlaan-Nya itulah hidupmu menjadi semakin bermartabat.
Begitulah selayaknya yang harus dilakukan oleh setiap manusia sesuai tugas hidupnya sebagai hamba Allah dan khalifahnya di muka bumi.[3]
   Allah menjadikan ayat  ini sebagai contoh paparan sederhana dari proses aawal kehidupan manusia yang  mampu diketahuinya. Manusia memang mengetahui tahatpan-tahapan pertumbuhan janin, tetapi hal itu adalah ghoib sejauh manusia belum mengetahui detil perkembangnya.
   Ayat ini juga membuktikan suatu kuasa Allah dalam hal menghidupkan dan mematikan makhluk. Tidak ada sesuatu yang sulit bagi Allah untuk melakukan hal semacam itu.
   Pendahuluan urutan kata pendengaran atas  penglihatan sungguh tepat karena berdasarkan ilmu kedokteran modern, indra pendengaran memang berfungsi lebih dulu daripada indra penglihatan. Adapun fungsi hati (dalam hal ini akal dan mata hati) yang membedakan  baik dan buruk berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut.
   Ayat tersebut juga berisi alat-alat pokok guna meraih  pengetahuan. pada objek pengetahuan yang bersifat material, manusia dapat menggunakan mata dan telinga. Adapun untuk objek yang bersifat ilmu pengetahuan yang sifatnya immaterial, manusia dapat menggunakan akal dan hainya.
   Manusia dilahirkan tanpa pengetahuan sedikitpun. Pengetahuan dimaksud adalah yang bersifat kasbiy, yakni pengetahuan yang diperoleh manusia melalui upaya manusiawinya. Meski demikian, manusia tetap membawa fitrah kesucian yang melekat pada dirinya sejak lahir, yakni fitrah yang menjadikannya ‘mengetahui’ bahwa Allah Maha Esa.
   Allah SWT dengan kekuasaan-Nya mengeluarkan bayi manusia melalui proses kelahiran oleh ibu yang mengandungnya kurang lebih sembilan bulan. Bayi manusia lahir dengan lemah dan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun yang kelak disusui ibu, dirawat, dibesarkan, dan diberi pendidikan hingga menjadi kuat dan cerdas.[4]

C. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia
Potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia tidak akan berarti apa- apa jika potensi tersebut tidak digali dan digunakan benar. Maka dari itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia, yaitu keluarga dan lingkungan.
            Pertama, Faktor keluarga. Tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga terutama orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan anaknya. Dalam pendidikan islam terdapat istilah Al-ummu madrasatul ula. Istilah ini memang tepat sekali digunakan dalam ilmu pendidikan, karena anak terlebih dahulu mengenal orang tuanya sebelum dia mengenal dunia luar sekitarnya.
            Orangtua hendaknya sudah mulai mengajari dan menggali potensi anaknya sejak kecil dan memasukkan nilai nilai religius dalam keseharian keluarganya.
Kedua, Faktor Lingkungan. Lingkungan di sekitar tempat tinggal anak juga mempengaruhi perkembangan fisik dan psikis anak. Hal ini dikarenakan anak mempunyai kecendrungan untuk meniru apa yang dilihatnya.
Disinilah letak peranan orang tua agar selalu memperhatikan kagiatan anaknya dan memperingatkanrnya ketika dia melakukan kesalahan.



[1] Margiono, dkk, Pendidikan Agama Islam 1, Jakarta: Yudhistira, 2007, h.12
[2] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (16), Jakarta:Pustaka Azzam, 2009, h.248-249
[3] http://cintailmuku1.blogspot.com/2011/12/qs-nahl-78-anugerah-allah-kepada.html
[4] Margiono, dkk, Pendidikan Agama Islam 1, Jakarta: Yudhistira, 2007, h.12


A. Pengertian Al-Qur’an

           Allah menjelaskan,
(18) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (17) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ

"Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu." (Al-Qiyamah: 17-18)

     Al-Qur’an adalah risalah Allah SWT untuk seluruh umat manusia. Banyak dalil-dalil yang secara mutawatir diriwayatkan berkaitan dengan masalah ini, baik dari al-Qur’an maupun dari hadis.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat islam memiliki banyak fungsi, antara lain:
  1. Sebagai bukti atas kerasulan Muhammad SAW.
  2. Sebagai pedoman hidup manusia untuk membedakan yang hak dan yang batil (Al-Furqan).
  3. Dapat menjadi peringatan (Al-Dzikr) manakala manusia lalai dalam menjalankan syariat yang dititahkan Tuhan.
  4. Dapat menjadi pemberi keterangan penjelasan (bayyin) ketika manusia mengalami kebuntuan dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapi.
  5. Sebagai petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariat, dan akhlak.

B. Pengertian Hadis
            Hadis atau al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang baru yang berarti menunjukkan kepada waktu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadis juga sering disebut dengan al-khabar yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan hadis.
            Secara garis besar, ada empat makna fungsi penjelasan (bayan) Hadis terhadap Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
1. Posisi hadis memperkuat keterangan Al-Qur’an (ta’kid).
2. Hadis sebagai penjelas (bayan) terhadap Al-Qur’an. Penjelasan yang diberikan ada 3 macam, yaitu:
  1. Memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat global (tafsil al-mujmal)
  2. Hadis mengkhususkan ayat-ayat Al-Qur’an yang umum (takhshish al-‘amm)
  3. Membatasi kemutlakan ayat Al-Qur’an (taqyid al-muthlaq)
3. Hadis mencabang dari pokok dalam Al-Qur’an (tafri’ ‘ala al-ashl)
4. Menciptakan hukum syari’at (tasyri’) yang belum dijelaskan oleh Al-Qur’an, disebut bayan tasyri’.

Sakura Happy